Pages

Rabu, 06 Januari 2010

Kesal, Lantas Nekat Menerobos….




Stres, itulah barangkali kondidi psikis seorang penonton yang hadir di Stadion Utama Gelora Bung Karno malam ini (06/01/10). Timnas Indonesia yang bertanding melawan Oman di hadapan ribuan suporter sendiri itu tampaknya tak bisa (baca juga: tak mampu) berbuat apa-apa. Jangankan berharap untuk menang, tidak kalah dengan selisih gol besar saja sudah untung. Kondisi itulah tampaknya yang membuat seorang suporter yang belum diketahui namanya rela berbuat nekat.
Pertandingan belum lagi selesai. Ada sisa empat-lima menit lagi injury-time. Para pemain Indonesia juga tidak melihatkan inisiatif untuk menggempur barisan pertahanan Oman kendati sudah jelas dalam keadaan tertinggal satu gol. Aroma ketidaksabaran, putus asa, kesal, sedih sekaligus marah, meruap ke seluruh stadion—tentu termasuk juga-lah penontoh yang berada di depan layar kaca.
Di saat sisa waktu itulah, seorang penonton nekat, "gila", menerobos masuk lapangan. Orangnya agak gemuk. Membawa lari badannya agak tambun itu saja ia agak kepayahan. Otomatis wasit menghentikan permainan, dan membiarkan petugas keamanan mengamankan orang "gila" tersebut. Ia akhirnya dibekuk petugas keamanan tanpa perlawanan. Di wajahnya yang bulat hanya menyisakan seraut wajah kesal sesal tertahan.
Saya tahu kejadian unik ini dari layar televisi. Perasaan kita sebagai orang Indonesia yang menonton pertandingan tersebut saya yakin sama. Ada rasa kecewa, kesal dan sesal. Kenapa dalam keadaan tertinggal timnas kita tidak kunjung bisa memperbaiki alur permainan. Penonton yang nekat yang saya sebut "gila" tadi mungkin menjadi wakil utama kita semua. Lewat aksi nekatnya, biar mereka semua tahu apa yang kita semua rasakan. Biar para pemain, pelatih, PSSI, tahu apa yang diinginkan publik sepakbola kita.
Dengan hasil 1-2 ini, Indonesia dipastikan tidak lolos ke piala Asia 2011 di Qatar. Hasil yang bagi saya seribu persen wajar. Bagi mereka yang menyaksikan bagaimana timnas kita bermain bola dari awal kualifikasi grup sampai sekarang tentu paham. Malah akan sangat aneh jika Indonesia lolos. Lah, bermainnya saja nggak jelas kok bisa-bisanya lolos!
Penonton yang nekat menerobos lapangan, lantas mengejar, menggiring dan menendang bola ke arah gawang oman tersebut, jelas merupakan ekspresi kekecewaan. Bagaimana ia (dan kita juga) tidak kecewa? Sudahlah capek mendukung, datang ke stadion (atau nongkrong dengan setia di depan tivi), berteriak-teriak memberi semangat, tapi yang disemangati tak jua kunjung semangat. Mengoper bola saja tidak benar. Setiap kali bola melintas tengah lapangan selalu diputus pemain lawan. Mengocek bola pun mereka jauh dari harapan, bagi mereka yang penting ketika bola ada di kaki langsung di tendang tanpa penduli timing kapan mengumpan, kapan menahan atau kapan harus menggiring bola itu sendiri.
Saya tahu dan paham penonton yang nekat itu sebenarnya tidak gila. Bagi saya dia hanya gila dalam tanda kutip, gila bukan dalam artian sebenarnya. Saya justru mengangggap orang Indonesia yang tidak kesal, marah, stres, ketika menyaksikan pertandingan yang “hancur” tersebut-lah yang sebenarnya gila…ya gila dalam artian sebenarnya!


Zamroni Rangkayu Itam


0 comments:

Posting Komentar