Pages

Kamis, 21 Januari 2010

Tentang Pengelola Palantakayu



Pengelola weblog Palantakyu ini lahir pada tanggal 22 Agustus 1986 di sebuah desa nun jauh sana di Sumatera sana, tepatnya desa Bedaro 20 Km dari pusat kota Muara Bungo, Jambi. Di desa yang cukup terisolir itu dia menjalani masa-masa yang indah yang tidak mungkin bisa dinikmati oleh anak-anak kota besar seperti Jakarta. Hal ini ia telah lihat dan rasakan sendiri. Bayangkan saja, orang kota Jakarta, mau lihat monyet saja harus ke Ragunan. Sedangkan di desanya, tinggal datang ke kebun karet, monyet sudah banyak yang bergelantungan. Bahkan saking banyaknya monyet di kebun, berburu monyet dengan ketapel jadi keharusan. Hal ini disebabkan oleh keusilan mereka yang suka mematahkan pucuk pohon karet yang masih muda. Alhasil, berburu monyet pun menjadi keasyikan tersendiri, tentunya sambil membawa misi Save Our Rubber Plan. Namun sekarang ia sendiri merasa bersalah, berburu monyet kan bertentangan dengan HAM (Hak Asasi Monyet), he..he..he, pisss ya mon_nyet..!!!.
Contoh lain dari masa kecil yang menyenangkan dan tidak mungkin bisa dinikmatin oleh anak-anak kota adalah alam desa yang bersih, tenang. Sungai yang jernih dengan ikan yang banyak. Sangat nyaman bagi kanak-kanak berenang dan menangkap ikan. Tentu hal ini tidak bisa kita temukan di Ciliwung. Tapi, inilah hidup, selalu ada dua sisi. Setiap sisi punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Tentang masa kecil di perkotaan tentu mereka yang hidup di kota yang bisa menceritakannya.
 Nama lengkap pengelola weblog ini sebenarnya adalah Zamroni, tapi sebagai dedikasi dan penghormatan kepada orangtua (bapak), dia menambahkan nama belakangnya dengan Ibrahim, jadi sejak itulah nama Zamroni Ibrahim selalu dibawa oleh pemilik tinggi 168 cm ini sebagai identitasnya. Terkadang ia menambahkan Rangkayu Itam di belakang nama aslinya. Rangkayu Itam? Mungkin tak banyak yang tahu nama apa itu. Rangkayu itam adalah nama sosok manusia yang melegenda di tanah melayu Jambi. So, sekedar menyimpan ingatan akan kisah orang lama, ia menyelipkan nama Rangkayu Itam di belakang nama aslinya.
Setamat SD di kampung halamannya, dia melanjutkan sekolah menengahnya ke sebuah sekolah ternama di kota Bukittinggi, yakni Sumatera Thawalib Parabek. Persentuhannya dengan sekolah yang tradisi keagamaannya kuat dengan sosiokultural masyarakat yang elegan, telah membawanya kepada pembentukan jatidirinya. Untuk satu ini ia mengucapkan; Thanks Bukittinggi, God bless Thawalib!
Setelah menamatkan studinya di kota Sanjai tersebut pada tahun 2005, dia melanjutkan kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada awalnya ia mau melanjutkan  studi ke Kairo, tapi sang bunda tidak mengizinkan. Maka jadilah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang jadi pelabuhan. Studi majornya di UIN adalah Jurusan Perbandingan Agama di Fakultas Ushuluddin dan Filsafat. Pemilihan jurusan memang ada alasan yang rasionalnya tersendiri. Rasa curiousity yang ada di benaknya terhadap agama-agama, telah mengantarkan ia kepada jurusan yang langka itu. Walupun ada yang mencibir pilihan tersebut, tak apalah, they don’t understand. Seperti manusia, agama pun sudah setua sejarah manusia itu sendiri. Agama-agama sudah eksis seiring dengan eksisnya manusia itu sendiri.
Pernah terlintas juga di benaknya untuk melakukan proyek penelitian agama asli (lokal) suku Kubu yang ada di derahnya, Jambi. Sampai saat ini orang Jambi pun tidak tahu persis agama asli suku Kubu itu seperti apa. Mudah-mudahan bisa terealisasi dan suku kubunya tidak keburu musnah diinvasi modernisasi “Orang Terang.”
Pada dasarnya, niat utama darinya ini untuk ikut membuat blog tak lain hanyalah sebagai sarana tulis menulis. Dengan menulis orang bisa melihat dan bahkan bisa saling bertukar pikiran. Menurutnya sarana ini sangatlah penting untuk dimanfaatkan demi pencerahan. Ya, setidaknya ia bisa menjadi partisipan dari revolusi media informasi global yang sedang menggeliat di abad kita ini.


Zamroni Ibrahim


0 comments:

Posting Komentar