Oleh : Zamroni Rangkayu Itam
Saya pertama kali mengenal Pramoedya Ananta Toer bukan karena karya besar hebat beliau, tapi karena kemangkatan beliau ke alam baka pada tahun 2006. Ya, saya belumlah lama mengenali beliau lewat karya-karyanya.
Kalau tidak salah, suatu hari di tanggal 30 April 2006, di televisi disiarkan kabar meninggalnya pengarang hebat dari tanah nusantara, Pramoedya Ananta Toer. Muka saya berkerut dan berpikir. Pramoedya, siapa pula itu? Tak pernah terdengar pun namanya walau agak sekerat kasar, apalagi membaca karya-karyanya. Salah seorang teman, kebetulan anak negara jiran,
“Innalillahi wainna ilaihi roojiun! Diorang pengarang best ni, terkenal di negara kami, beliau ni pernah dicalonkan jadi peraih nobel berkali-kali…”
Tak pelak saya terkejut mendengar perkataan tersebut. Saya yang baru satu tahun kuliah di
Rasa heran seperti inilah yang membawa saya bertanya-tanya kepada para senior di kampus perihal Pramoedya ini. Dari
Saya memang mengenal Pram setelah beliau tiada dengan dahi berkerut oleh sebab rasa heran ketidaktahuan. Saya mengenal sedikit penjelasan karya Pram justru dari teman yang berasal negara seberang,
Melalui teman saya pada waktu itu, baru saya tahu kalau karya Pram pernah dijadikan bacaan wajib untuk subjek Bahasa Melayu Tinggi di Malaysia. Coba seandainya ada secuil karya Pram yang nongol dalam teks buku Bahasa Indonesia pada waktu sekolah menengah—bukan justru diberangus, saya rasa tak setelat ini saya mengenal Pram.
Pram memang sudah mangkat berkalang tanah di Karet Bivak, tapi tidak dengan karya-karyanya, selamanya akan abadi. Sebagai anak muda, tak apalah terlambat sedikit mengenal karya-karya besar beliau daripada tidak sama sekali. Saya tidak mau ambil peduli apapun latar belakang politik Pram sehingga dia terpenjarakan oleh banyak penguasa. Bagi saya, karya tetaplah karya, harus dibaca dan dikaji, serta ditelaah dengan hati. Dengan demikian eksistensi Tetralogi Buru, Keluarga Gerilya, Perburuan, Gadis Pantai, Arok Dedes, dll, akan terasa nyata terus hidup di tengah masyarakat kita…
Untuk itu semua, bagi kita, khususnya generasi muda, tak ada kata terlambat mengenal karya Pram!
0 comments:
Posting Komentar